Ilmu teknik mesin merupakan salah satu bidang pengetahuan yang paling banyak mewarnai sejarah perkembangan teknologi umat manusia. Hampir semua penemuan revolusioner yang mengubah peradaban, mulai dari mesin uap hingga kendaraan listrik modern, tidak lepas dari kontribusi pemikiran dan rekayasa para insinyur mesin.
Platform teknik mesin adalah mempelajari mekanisme interaksi antara materi dalam wujud benda padat, cair, maupun gas dengan dengan gaya-gaya yang bekerja padanya, serta pengaruh interaksi tersebut terhadap gerak, energi, hingga bentuk material. Inilah fondasi yang menjadikan teknik mesin sebagai disiplin ilmu yang sangat luas, mulai dari perancangan mesin sederhana hingga pengembangan sistem teknologi tinggi.
Namun, bila menilik lebih dalam, semua gaya yang mempengaruhi materi sejatinya bermuara pada empat gaya fundamental alam semesta, yakni:
-
Gaya gravitasi, merupakan gaya paling lemah yang mengatur tarik-menarik antar benda bermassa, yang sehari-hari kita rasakan sebagai berat.
-
Gaya elektromagnetik adalah gaya yang memengaruhi interaksi listrik dan magnet dalam sistem.
-
Gaya nuklir lemah merupakan gaya yang berperan dalam peluruhan radioaktif dan reaksi inti tertentu.
-
Gaya nuklir kuat adalah gaya yang menyatukan partikel subatom di inti atom.
Hingga kini, ilmu teknik mesin di Indonesia sebagian besar masih berfokus pada interaksi gaya gravitasi dan materi. Kajian rekayasa mekanika klasik seperti kekuatan material, dinamika gerak, termodinamika, dan fluida dominan menjadi kurikulum inti di hampir semua kampus teknik mesin. Sedikit saja porsi yang membahas integrasi gaya elektromagnetik, contohnya dalam perkembangan motor listrik atau energi terbarukan.
Lebih jauh lagi, interaksi gaya nuklir lemah dan nuklir kuat terhadap materi dalam skala partikel, yang menjadi pintu masuk teknologi masa depan, nyaris belum banyak disentuh. Padahal, di era sains modern, riset mekanisme skala atom dan partikel subatom membuka peluang revolusi teknologi baru yang akan menggeser paradigma lama.
Jika kita menengok ke belakang, konsep interaksi gravitasi dan materi yang menjadi basis revolusi industri sudah mulai berkembang sejak 3–4 abad lalu. Penemuan mesin uap, lokomotif, hingga pesawat terbang adalah buah dari pemahaman mekanika klasik yang matang. Namun, memasuki abad ke-21, perkembangan IPTEK semakin mengarah pada pemanfaatan interaksi gaya-gaya fundamental lain, khususnya gaya nuklir lemah dan gaya nuklir kuat untuk menciptakan inovasi di bidang energi, material, manufaktur presisi, hingga teknologi medis.
Transformasi inilah yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi ilmu teknik mesin di Indonesia. Ke depan, penguasaan konsep dan aplikasi gaya fundamental di tingkat mikroskopik akan menjadi pilar penting agar lulusan teknik mesin mampu menjawab tantangan global dan merespons revolusi industri 5.0.
Tak hanya itu, target pembangunan berkelanjutan (SDGs) juga akan lebih mudah terwujud dengan pemanfaatan teknologi yang berbasis interaksi gaya nuklir, misalnya reaktor modular generasi baru, hydrogen storage, dan material superkonduktor.
Untuk itu, Program Studi Teknik Mesin UNIMMA mengajak seluruh sivitas akademika dan stakeholder industri untuk bersama-sama membuka wawasan lebih luas, memperkuat riset, serta mendorong pembelajaran lintas disiplin yang mendukung penguasaan teknologi tinggi berbasis gaya fundamental dalam skala atom dan sub atomik.